Archive for January, 2014

Keripik Pedas

Not my way, not yours, but ours

Our same way

Ibu itu bertutur tentang panglingnya dia melihat sesosok lelaki seusianya di foto pernikahan wanita tak terlalu muda di kantornya. Bukan, bukan tentang poligami lah ya seperti kita yang biasa menduga – duga. Tetapi tentang lelaki yang dihormati tuan rumah pernikahan itu, seperti sedang memberi sambutan mewakili tamu di pernikahan itu.

Ibu itu bertutur bahwa lelaki itu kawan lamanya, saat lelaki itu masih bujang, saat masih bervespa butut. Lelaki itu sekarang tampak sangat perlente dalam setelan jas yang bagus, berwajah bersih seperti tak pernah terpapar terik mentari. Pangling. Bahasa di sini, “La lain nian…” Ya, lelaki bervesta butut itu sekarang seorang terhormat dalam kacamata masyarakat orang pada umumnya. Terhormat karena jabatannya seorang ketua DPRD kota di sini.

Ini zaman ketidakpercayaan, bicara saja dengan kerja. Seperti tidak percaya pria bervespa butut di masa lalu itu sekarang seorang ketua DPRD kota. Pasti dia bekerja, entah seperti apa dia bekerja. Apakah harus selalu langkah – langkah besar? Bagaimana caranya? Pasti sulit kalau selalu langkah besar, pasti ada langkah kecilnya. Entah, yang pasti pria itu mengerjakan sesuatu. Berapa puluh tahun bekerja? Dua puluh tahunan mungkin. Maka kerjakanlah apa yang bisa dikerjakan hari ini. Walau posisi ini mungkin sangat kecil. Sehingga langkah kita juga adalah langkah kecil. Langkah kecil dengan target besar. Seperti sia – sia ya? Semoga tidak, insya Allah tidak. Beban pekerjaan kita memang sangat berat, mungkin menekan jiwa kita, mungkin tidak mungkin mencapai target.

Sesaknya pikiran menghadapi zaman ini, bersabarlah.

Zaman saat nilai – nilai terbaik kita di sekolah – sekolah favorit kita mendapat balasan golongan dua. Saat kerja mengalir deras namun pangkat naik merayap, dan anak muda baru dari sekolah yang membuat pikir dan mulut kita menganga saat ditanya dari mana ia peroleh ijazahnya diganjar golongan tiga! Bersabarlah…

Zaman saat kerja keras kita, dengan segala beban jiwa dan raganya. Beban jiwa yang merindu setelah setengah bulan (dan pastinya bakal menjadi tiga minggu) ayah di Tapaktuan itu tak bertemu anak – anaknya di Depok sana. Beban raga dalam tiket – tiket pesawat, kereta api, travel, bus Damri bandara yang dibayar dengan kocek tunjangan kinerja instansi kita tak bersisa untuk menyenangkan orangtua, kekasih dan buah hati kita dengan benda – benda. Syukur – syukur kalau berhasil dan harus berhasil menyisihkan sedikit demi sedikit untuk ditabung membayar uang sekolah buah hati kita yang semakin tidak masuk akal saja tiap tahunnya. Hanya tersisa letih kita dalam perjalanan darat, laut, udara yang panjang untuk bersua sehari atau semalam dengan mereka. Dan dia tidak seorangan! Ada ribuan ayah seperti dia. Terasa sangat tidak sebanding dan tersia-siakan rasanya triliunan rupiah yang dibagi habis menjadi target masing – masing kita itu oleh kabar penyelenggara negara lainnya yang sehari – harinya tidak seberat kita. Seberat bertemu istri dan anak sebulan sekali dengan kocek remun kita sendiri. Semua itu membuatmu penat ya? Bersabarlah, mungkin paling cepat dua tahun lagi engkau mutasi. Mungkin ke kota asalmu, mungkin juga tidak. Jangan hilang semangatmu kawanku semua.

Barangkali hanya kita abdi negara yang merasa sungkan untuk mengambil cuti di tiap libur dan hari kejepit di akhir tahun. Semuanya atas nama tanggungjawab melekat di sanubari ini. Tanggungjawab mengumpulkan sen demi triliunan rupiah penerimaan pajak sampai detik terakhir tanggal 31 Desember berakhir! Ini sangat sulit, mengumpulkan pajak itu semua sangat sulit. Coba yang tidak merasakan sulitnya, ingat – ingat zaman sekolah harus iuran kelas. Berapa banyak yang membayar tanpa ditagih – tagih? Berapa yang langsung membayar saat ditagih? Berapa yang masih tidak membayar walau sudah ditagih berkali – kali? Terbayang kan sulitnya? Persis seperti itulah sulitnya mengisi pundi – pundi APBN untuk membayar remunerasi Anda semua.

Jadi tidak pantas kalau ada yang marah saat kami kritik supaya mbokyao jangan disia – siakan anggaran ini. Kami pantas protes keras untuk tiap remun yang telah kami kumpulkan untuk membayari pengurus negeri ini. Supaya kita terurus, Supaya kita tidak susah terus. Supaya tidak hanya menjadi sia – sia dalam konsinyering di hotel – hotel mewah yang mahal di tiap akhir tahun. Apa tidak bisa memakai fasilitas yang telah ada saja supaya hemat? Supaya tidak sia – sia dalam perjalanan dinas yang terlalu sering, yang tidak begitu penting, yang tanpa Anda pergi pun tidak akan ada masalah berarti karena semuanya akan tetap berjalan baik – baik saja? Seberapa sering Anda berperjalanan dinas dalam sebulan? Kalau sering betul, kenapa tidak mutasi saja sekalian ke sana? Biar hemat, biar tidak perlu negara ini terus – menerus mengongkosi. Tidak mau kan mutasi ke sana? Kalau tidak mau, maka jangan terlalu berlebihan lah intensitas belanja perjalanan dinas itu. Kalau anggaran yang Anda minta jadi tidak terserap ya sudah kembalikan? Berarti Anda salah toh merencanakan? Jadi wajar kan kalau tahun berikutnya anggaran Anda dikurangi? Karena kan nyata – nyata kelebihan. Pasti tidak mau dikurangi ya? Nah makanya yang pintar supaya kalau kelebihan ya tidak kelewat banyak kelebihannya sampai harus dihabisin dinas di hotel.

Oh ya ampun…

Ini zaman ketidakpercayaan, bicara saja dengan kerja. Kerja yang tidak asal –asalan anggaran habis. Input anggaran Anda jelas, Seberapa jelas outputnya? Kalau jelas, apa ongkos anggaran yang membayari output itu sebanding? Tidak kemahalan? Coba dirasa – rasa. Mudah menjawabnya atau susah? Atau terus jadi bingung sendiri? Kalau bingung sendiri, berarti ada yang harus diperbaiki.

Kalau di sini, input kami tahun ini Rp5,4 triliun. Target output kami Rp1.110,2 triliun. Jadi biaya kami 0,486 persen. Jadi tolong ya, pakai untuk membangun negeri ini dengan output yang tidak asal – asalan. Semoga tahun ini kami berhasil meraih target 100%, karena sudah beberapa tahun ini sulit sekali ekonomi negara kita, sehingga kerja kami makin sulit. Tahun kemarin kami juga kesulitan, sehingga hanya mampu mendapat 1.099,9 triliun. Hanya 96 persen dari target sepanjang tahun lalu Rp 1.139,32 triliun. Anggaran kami saat itu Rp 4,9 triliun. Biaya kami tahun lalu bahkan lebih rendah dari tahun ini yaitu 0,43 persen.

Mungkin yang membaca tidak percaya, mungkin…

Tapi kembali ke pasal awal, ini zaman ketidakpercayaan, bicara saja dengan kerja. Tapi bukan kerja yang asal kerja. Bukan kerja yang tidak dianggap. Bukan kerja yang kenapa sampai bisa tidak dianggap? Apa ada yang salah sampai data yang mahal itu sampai tidak dipergunakan? Kenapa coba? Hayo? Bingung kan? 😀

Ini tentang mengajak kerjasama. Tentang mengkritik untuk membangun. Bukan tentang saling menyalahkan. Bukan tentang malu kepada kelompok orang yang salah arah. Ini tentang mengajak ke arah Tata Kelola Pemerintahan yang Baik. Ini tentang menyadarkan keluarga terdekat kita tentang kecerdasan, alih – alih kesombongan seperti yang dituduhkan. Ini memang tentang menjaga perasaan. Namun perasaan yang dijaga harus di arah yang benar. Ini tentang menyayangi kerabat kita agar tidak menjadi bagian yang berjalan di arah yang salah. Walau salah itu dilakukan semua orang. Tapi tidak kita, tidak keluarga kita.

Untuk dibaca:

Tentang perjalanan dinas yang dikritik

http://eksnews.com/detail-2340-anies-baswedan-kritik-rp-23-triliun-apbn-untuk-perjalanan-dinas.html

Tentang tugas kami tahun ini

http://www.pajak.go.id/content/target-pajak-2014-tembus-diatas-seribu-triliun-ini-strategi-pencapaiannya

Tentang input organisasi kami tahun ini

http://www.beritasatu.com/makro/138279-ditjen-pajak-dapat-pagu-anggaran-2014-sebesar-rp-54-t.html

Tentang usaha kami tahun lalu yang jangan dipakai untuk asal kerja tahun ini

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/01/06/1438185/Realisasi.Pendapatan.Pajak.2013.Capai.Rp.1.099.Triliun

Tentang angka – angka yang menuntut kerja keras untuk tak disia – siakan orang lain

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=13

Tentang cost collection ratio

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/13/06/18/mokp9k-target-naik-pendapatan-naik-anggaran-ditjen-pajak-cenderung-turun

Tentang kami yang butuh dukungan Anda demi negara kita juga

http://finance.detik.com/read/2013/11/21/141555/2419680/4/dirjen-pajak-sebut-hasilkan-rp-184-miliar-dengan-anggaran-rp-1-miliar

 

January 21, 2014 at 3:30 pm Leave a comment


Voting

Salam hebat!



Assalamu’alaikum Wrwb. Selamat datang di blog saya, terima kasih sudah menyempatkan untuk mampir =D Blog ini sudah bermetamorfosis… setelah lama tak dibuka. Sedikit saja catatan lama, yang ternyata saya sudah banyak lupa,,, tidak pernah ingat bahwa saya pernah melakukannya. Saat saya baca ulang, ada tanya? Apa iya saya pernah melakukannya? Pasti iya, karena tidak mungkin orang lain yang menulisnya. Ini sedikit catatan tentang saya, untuk dibaca agar tidak lupa… Barangkali berguna bagi para pembacanya. :) Semoga… Oh ya... Saya menulis karena saya merasa tidak memiliki kemampuan verbal yang baik. Saya menulis karena tulisan bisa diedit... bisa dihapus... dan... bisa mengingatkan jika lupa. Ayo kita tulis saja, apa - apa yang berguna... Wassalamu’alaikum wrb. :fofo

Statistik Blog ini...

  • 36,834 hits

Sponsor…